Jumat, 04 Maret 2011

KEJADIAN HIPOGLIKEMIA AKIBAT PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIA ORAL (OHO) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

Abstrak
Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula atau glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono,2002).
Komplikasi DM dapat muncul secara akut dan kronik. Komplikasi secara akut adalah reaksi Hipoglikemia dan koma diabetik. Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing. Jika keadaan ini tidak segera diobati, penderita dapat menjadi koma. Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dL ,atau kadar glukosa darah <80 mg/dL dengan gejala klinis (Soesirah, 1990). Pada pasien ini ditemukan tanda-tanda hipoglikemia berupa penurunan kesadaran, gelisah, keluar keringat dingin dan menggigil setelah mengkonsumsi OHO dan mendapatkan terapi larutan yaitu dextrosa 40% sebanyak 2 flakon (50 mL) bolus intra vena untuk mengatasi keadaan hipoglikemia. Gula darah dipertahankan sekitar 200 mg/dL.
Keywords: Diabetes Melitus, Hipoglikemia.
History
Seorang wanita Ny. P umur 50 tahun datang ke UGD RSUD dengan penurunan kesadaran (pingsan) setelah minum obat DM dari puskesmas, sebelumnya pasien merasa gemetar dan keluar keringat dingin. Satu minggu terakhir pasien merasa mual namun tidak sampai muntah. Karena keluhan ini pasien tidak nafsu makan. Tiga hari SMRS pasien memeriksakan diri ke Puskesmas. Pada hari masuk rumah sakit pasien datang tidak sadarkan diri setelah minum satu tablet obat DM dari Puskesmas.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien tampak lemah dengan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan tanda vital terdapat hipertensi, peningkatan respirasi dan suhu tubuh dibawah normal. Pada pemeriksaan fisik ekstrimitas teraba dingin. Dilakukan pemeriksaan penunjang berupa laboratorium kimia darah dan pemeriksaan urin rutin dengan hasil terdapat penurunan kadar gula darah dan ditemukan adanya protein dan glukosa pada urin.
Diagnosis
DM type II dengan Hipoglikemia
Terapi
Pada pasien dilakukan pemberian larutan destrosa 40% sebanyak 2 flakon (50 mL) bolus intra vena untuk mengatasi keadaan hipoglikemia. Gula darah dipertahankan sekitar 200 mg/dL. Selama pemantauan pasien mengalami peningkatan kadar gula darah mencapai 250 mg/dL, farmakoterapi yang diberikan berupa suntikan insulin dengan dosis 5 IU.
Diskusi
Dari anamnesis diketahui bahwa pasien menderita DM sejak 1 tahun terakhir, pasien rutin mengkonsumsi OHO dari Puskesmas. Pada hari masuk Rumah Sakit, pasien seperti biasa mengkonsumsi OHO, namun karena adanya mual pasien menjadi tidak nafsu makan sehingga pasien tidak makan sebelum mengkonsumsi obat tersebut, akhirnya pasien mengalami hipoglikemia yang ditandai dengan keluar keringat dingin, gelisah dan akhirnya tidak sadarkan diri. Riwayat hipertensi dibenarkan namun pasien tidak rutin mengkonsumsi obat antihipertensi. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium kimia darah menandakan pasien dalam keadaan hipoglikemia. Ureum dan kreatinin pasien berada pada batas normal. Kolesterol total dan trigliserida normal.
Setiap penderita diabetes melitus yang memiliki penurunan kesadaran, harus dapat mengantisipasi kemungkinan menderita hipoglikemia. Perbaikan kesadaran pada para penderita diabetes melitus terutama diusia lanjut sangat lambat.
Hipoglikemia sering disebabkan oleh sulfonilurea dan insulin. Hipoglikemia alibat sulfonilurea dapat berlangsung lama, sehingga harus diawasi dengan benar sampai semua obat telah berhasil di ekskresi, yang terkadang memerlukan waktu lama (sekitar 24 hingga 36 jam, bahkan mungkin lebih bagi penderita dengan gagal ginjal kronik).
Hipoglikemia memiliki gejala adrenergik (berdebar-debar, banyak berkeringat, gemetar, dan memiliki rasa lapar) dan gejala neuroglikopenik (merasa pusing, gelisah, kesadaran menurun, bahkan hingga koma). Semua penderita diabetes melitus yang mendapat obat hipoglikemik oral, maupun insulin harus mendapat penyuluhan mengenai gejala hipoglikemia dan bagaimana mengatasinya. Demikian pula keluarga penderita.
Hipoglikemia dapat diatasi dengan memberikan air manis, minuman yang mengandung gula murni, berkalori, bukan gula pemanis. Penderita juga dapat diberi suntikan glukosa 40% intravena atau glukagon jika diperlukan. Untuk pasien yang tidak sadar, pemberian glukosa 40% intravena merupakan tindakan darurat yang pertama kali diberikan.
Kesimpulan :
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing. Jika keadaan ini tidak segera diobati, penderita dapat menjadi koma.
Berdasarkan tanda, gejala, dan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini, maka dapat disimpulkan pasien mengalami DM type II dengan Hipoglikemia. Pasien mengalami hipoglikemia setelah mengkonsumsi OHO. Pemberian OHO memang dapat menyebabkan komplikasi akut berupa hipoglikemia. Karenanya edukasi pada pasien mengenai gejala dan tanda hipoglikemia serta penanganan awal keadaan hipoglikemia sangat penting. Penanganan awal pada pasien ini sudah tepat dengan pemberian Destrosa 40% secara intravena.
Referensi
1.     Basuki, 2002 dalam Soegondo. Penyuluhan Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI.Gray, dkk. 2005. Lecture Notes Kardiologi. Jakarta: EMS.
2.     Hartono Andry. 1995. Tanya Jawab Diet Penyakit Gula. Jakarta: Arcan.
3.     Suyono, 2002 dalam Soegondo. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Pasien Diabetes. Jakarta: FKUI.
4.     Soesirah, 1990. Penatalaksanaan Gizi pada Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI.
5.     Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus di Indonesia, 1998, PERKENI, Jakarta.
6.     Noer S, ed, 1996,  Gambaran Klinis Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Ed-ke 3, FKUI, Jakarta.

Annisa, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, RSUD Saras Husada, Kab. Purworejo, Jawa Tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar